Jumat, 05 Oktober 2018

Politik

Ini hanya analisa berpikir
Pada awalnya saya menganalisa bahwa Jokowi akan melawan kertas putih karena dukungan untuk Prabowo hanya pada dua partai saja, yaitu: Gerindra 13% dan PKS 7,1% sementara selain kedua partai itu mendukung Jokowi kecuali Demokrat.
Jika itu terjadi tentunya akan merugikan Jokowi karena melawan kertas putih kemenangannya tidak membanggakan dan kekalahannya akan memalukan. Kita tahu bahwa presidential threshold penggunaan ambang batas bagi partai politik atau gabungan partai politik untuk mengajukan calon presiden atau wakil presiden sebesar 20% kursi di DPR atau 25% suara sah nasional dari pemilu sebelumnya.
Cukup bagi partai Gerindra 13% dan PKS 7,1% total 20,1% untuk mengusung Prabowo dan wakilnya diajukan sebagai calon Presiden. Hanya saja, saya berasumsi bahwa Prabowo dengan partai pengusungnya tidak memiliki kepercayaan diri untuk maju sebagai calon Presiden bila dibandingkan dengan Jokowi yang sudah mapan dari dukungan beberapa partai politiknya. Sehingga dominasi kekuatan partai politik yang ada pada Jokowi lebih kuat dibandingkan dengan Prabowo. Hal ini, tidak menutup kemungkinan membuat Prabowo mundur dari kontestasi calon Presiden.
Namun, dinamika politik semakin berkembang PAN dengan kekuatan 8,6% mendukung Prabowo. Padahal kita tahu bahwa sampai hari ini PAN mendukung pemerintahan Jokowi-JK, hanya saja tampaknya untuk periode yang akan datang 2019-2024 PAN berkoalisi dengan partai pengusung Prabowo. Kemudian, belakangan muncul Demokrat dengan kekuatan 10,9% untuk mengusung Prabowo, meskipun kita tahu sepertinya belum ada kesepakatan politik terbukti ketika deklarasi Prabowo-Sandi Demokrat tidak hadir, namun pada saat pendaftaran ke KPU elit Demokrat ikut mengantarkan pasangan Prabowo-Sandi.
Kejutan politik juga semakin berkembang terbukti Jokowi menggandeng KH. Ma’ruf Amin padahal kita tahu sebelumnya bahwa Jokowi akan mengandeng Mahfud MD, saya menganalisa bahwa dengan menggandeng KH Ma’ruf Amin, sebagai pembesar NU dalam rangka upaya untuk menangkis politik identitas yang selama ini tuduhan miring kepada Jokowi anti Islam, Jokowi anti ulama disematkan kepadanya. Hal ini, tentunya menjawab tuduhan yang tidak benar itu bahwa sebenarnya Jokowi dekat dengan ulama. Menurut saya ini merupakan pilihan yang tepat dari orang cerdas seperti Jokowi untuk menggandeng KH Ma’ruf Amin yang diharapkan memberikan kedamaian bagi umat Islam dari isu-isu agama.
Berbeda dengan Prabowo, kejutan politik dengan mengandeng Sandiaga Uno sebagai ahli ekonomi, padahal kita tahu calon wakilnya yang mengerucut kepada tiga nama Habib Salim, UAS dan AHY belakangan muncul Zulkifli Hasan, namun lebih memilih Sandiaga Uno. Prabowo dalam pernyataan deklarasinya bisa saja untuk memilih ulama, saya menganalisa bahwa Prabowo tidak memilih ulama karena khawatir ada gesekan sesama umat Islam karena mendukung ulamanya. Menurut saya ini juga merupakan pilihan yang tepat dari orang cerdas seperti Prabowo dengan menggandeng Sandiaga Uno sebagai wakilnya.

Mari Sahabatku, kita nikmati proses dinamisasi politik di negeri ini tanpa mencederai satu sama lainnya.

Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Administrasi dan Supervisi Pendidikan